Java Kirana
Di daerah Tugu, Cisarua, Kabupaten Bogor, para petani kopi menghadapi tantangan berat. Harga kopi yang mereka terima dari tengkulak sangat rendah, hanya Rp 45 ribu per kilogram, padahal tengkulak menjualnya dengan harga hampir dua kali lipat.
Selain itu, mereka juga kesulitan mendapatkan pupuk organik yang efektif namun tetap terjangkau. Situasi semakin sulit ketika pandemi melanda, menyebabkan banyak pemutusan hubungan kerja dan lapangan pekerjaan semakin berkurang.
Di tengah kesulitan ini, muncul secercah harapan bernama Java Kirana. Perusahaan ini didirikan dengan tujuan mulia, yaitu membantu para petani kopi mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Java Kirana memotong rantai tengkulak dengan membeli kopi langsung dari petani, sehingga petani mendapatkan harga yang lebih layak.
Tak hanya itu, Java Kirana juga melakukan riset dan bekerja sama dengan produsen pupuk untuk menemukan solusi pupuk organik yang efektif dan terjangkau.
Dampak positif dari upaya Java Kirana segera terasa. Petani kopi kini mendapatkan harga yang lebih adil untuk hasil panen mereka. Bahkan, kopi dari salah satu petani binaan Java Kirana, Pak Djun, berhasil memenangkan Kontes Kopi Specialty Indonesia. Petani juga tidak lagi kesulitan mendapatkan pupuk organik yang berkualitas.
Lebih dari itu, Java Kirana juga membuka pabrik pengolahan biji kopi, menciptakan lapangan kerja hijau di sektor pertanian. Dengan berbagai inisiatif ini, Java Kirana tidak hanya meningkatkan kesejahteraan petani, tetapi juga menjadi contoh inspiratif bagi bisnis agrikultur yang berkelanjutan.
Kini, Java Kirana menjadi pilot project untuk bisnis agrikultur yang restoratif, regeneratif, dan distributif, memberikan harapan baru bagi masa depan pertanian Indonesia.